Tuesday, October 20, 2009

Seperti yang Ingin Kukatakan Dulu : Aku Ingin Berpetualang Sepanjang Hidupku

"Di tepi jalan itu,seorang anak terdiam
menatapi jejak kakinya yang terpendam
di dadanya penuh dendam

Puluhan tahun,ia kembali ke jalan itu
ia temukan langit,awan,dan,bau tanah yang sama
bergelora di jiwanya

akankah ia tetap akan menyusuri hari demi hari?
berpetualang bersama mentari,
mencari makna kehidupan ini."

Setiap orang pasti mempunyai hobi dan kesukaannya terhadap sesuatu,tapi terkadang beberapa kebiasaan dan kegemaran masing-masing orang itu terlihat lucu,aneh,bahkan tidak masuk akal bagi sebagian orang lainnya.

Namun setiap manusia,pada hakikatnya adalah suatu pribadi yang khas,dan tidak ada yang sama,bahkan pada orang yang kembar sekalipun.Allah menciptakan manusia dengan berbagai macam keunikan,kelebihan,kekurangan,dan ciri khasnya masing-masing.

Sebagai seorang manusia tentu saja aku punya kebiasaan dan kegemaran juga.Salah satu kegemaranku yang dianggap lucu,bahkan geli bagi sebagian orang adalah menonton film kartun.Banyak orang yang menganggap nonton film kartun bagi orang seusiaku adalah kekanak-kanakan,tidak dewasa,dan anggapan lainnya.

Namun bagiku itu bukanlah suatu hal yang perlu dianggap serius,toh masing-masing orang punya persepsi dan cara pandangnya sendiri,namun bagiku kedewasaan atau kematangan berpikir tidaklah hanya bisa dinilai dari pilihan tontonan seseorang.

Apakah benar orang yang hobi nonton film drama,action,atau film serius lainnya adalah lebih dewasa daripada mereka yang menononton film kartun.Mungkin iya,juga mungkin tidak.Tapi bagiku bukanlah menjadi masalah dewasa atau tidaknya,tapi yang terpenting adalah bagaimana memaknai kehidupan ini dengan sebaiknya.Toh,seorang anak kecil dengan pikiran yang polos,tapi hatinya selalu ceria akan lebih menikmati kehidupan dengan lebih baik daripada seorang dewasa yang hatinya senantiasa murung dan tidak tenang.

Bagiku film kartun bukanlah sekedar film yang terbentuk dari lembaran gambar-gambar tanpa makna.Ada banyak film kartun yang sebenarnya mengandung makna dan pembelajaran yang dalam dan bagus bagi kehidupan seseorang.

salah satunya menurutku yang bagus buat pembelajaran atau setidaknya mengajarkan sesuatu tentang hakikat kehidupan,dan keinginan manusia adalah film "UP".

Film yang ceritanya sederhana,bahkan memiliki ciri khas film kartun lainnya yaitu berfantasi ria,kejadian yang tidak mungkin terjadi,peristiwa yang hanya ada di dunia kartun.

Film ini berkisah tentang seorang anak kecil bernama Carl yang sangat mengagumi seorang petulang yang berhasil menjelajahi suatu tempat yang bernama "Paradise Fall" sebuah tempat yang sangat indah di di daerah amerika bagian selatan.

Takdir menemukannya dengan seorang gadis kecil bernama ellie yang punya hobi dan cita-cita yang sama.Elli mempunyai sebuah buku yang berjudul My Adventure,sebuah buku kosong yang kelak katanya akan diisi dengan foto-foto petualangan hebatnya.

Akhirnya kebersamaan dan harapan yang sama menuntun mereka untuk hidup bersama,menikah.Walaupun keduanya sudah menjalani kehidupan bersama bertahun-tahun lamanya,tapi keinginan mereka untuk pergi ke "Paradise Fall" tidaklah pernah mati.Mereka menyiapkan sebuah stoples kosong,sebuah celengan,yang diisi uang untuk membiayai perjalan mereka nantinya.

namun celengan itu tidak pernah penuh,karena selalu ada kejadian yang membuat mereka harus memakai uang di dalam stopless itu.

Hari berganti hari,tahun berganti tahun,dan zaman pun berubah.Begitupun dengan Ellie,ia tidak bisa melawan kehendak takdir yang mengharuskan ia harus mengkahiri usianya.Tinggallah Carl seorang diri,seorang lelaki berusia 78 tahun yang hidup sendiri,tanpa harapan,dan tanpa semangat kehidupan lagi.

Namun suatu kejadian,membuatnya kembali bersemangat,ia ingin mewujudkan impian Ellie yang sangat ingin pergi dan tinggal di "Paradise Fall".

Dengan bantuan ribuan balon gas,ia membawa terbang rumahnya berpetualang menuju " Paradise Fall" tempat yang diimpikan Ellie,sebuah petulangan yang ingin dijalani Ellie sejak kecil.

Akhirnya ia berhasil sampai di Paradise Fall dengan bantuan seorang anak yang sangat ingin menjadi petualang liar senior.Namun suatu kejadian membuat ia harus pergi dan melupakan impiannya tinggal di sana.

Di akhir ceritanya,Carl merasa kecewa karena ia masih belum bisa mewujudkan mimpi Ellie yaitu melakukan petualangan terhebat sepanjang hidupnya.

Tanpa sengaja ia melihat dan membuku buku petualang Ellie yang disimpan bertahun-tahun olehnya.Betapa terkejutnya dia,melihat isi buku itu,karena buku itu tidaklah kosong seperti yang ia kira.

Buku itu diisi dengan foto-foto kenangan petualangan Ellie sepanjang hidupnya.

Bukan foto-foto petualangan di hutan,lembah,gunung,sungai,ataupun samudra yang menjadi petualangan terhebat yang dialami Ellie,tapi adalah petualangannya bersama Carl dalam menjalani kehidupan ini.

Buku itu diisi foto-foto dimulai saat mereka kecil,remaja,dewasa,menikah,dan kebersamaan mereka puluhan tahun,sampai ajal memisahkan mereka.Lalu di akhir buku itu tertulis,"terima kasih Carl atas Petulangan terhebat yang kita lalui sepanjang hidupku"

Bagi Ellie petualangan menjalani kehidupan bersama Carl,suaminya adalah petualangan yang jauh lebih hebat daripada segalanya.Bagaimana mereka bisa bertahan untuk tetap bersama dengan segala rintangan,dan cobaan kehidupan.

Setelah menonton film itu aku baru tersadar bahwa sejatinya ketika kita memulai sebuah ikatan kebersamaan yang disebut dengan pernikahan,disanalah awal dari perjalanan dan petualangan kita nantinya.Tentu saja petualangan itu akan menjadi petualangan yang terindah apabila kita ditemani seseorang yang mencintai kita.

( untuk istriku : aku ingin berpetulang sepanjang hayatku bersamamu,dan jika petulangan ini berakhir,aku tidak akan pernah menyesal.Ini adalah petulangan terindah yang telah dan akan kujalani dalam kehidupan ini,karena aku bersamamu)

Thursday, October 15, 2009

Hari yang cerah untuk sebuah hati yang gelisah

"Mentari yang perkasa perlahan mulai menjejakkan sinarnya
tanah yang basah berangsur kering
dan sisa embun pagi di ujung dedaunan
menguap entah kemana
sesekali awan menunjukkan dirinya
menyeruak diantara birunya samudra langit
ah,hari yang cerah untuk sebuah hati yang gelisah."

Menghitung hari,detik demi detik untuk sebuah perjalanan panjang yang tak tau kapan,dan berakhir dimana.

Seperti biasa pagi hari di kantor selalu diawali sebuah obralan hangat tentang apa saja yang penting hal itu bisa memecah kebuntuan,atau saya lebih tepat menyebutnya kejumudan atau kebosanan terhadap rutinitas harian.
Temanku berceloteh hidup itu terlalu cepat,coba bisa diperlambat.sebuah opini sederhana namun cukup dalam maknanya.
Aku terdiam mendengarnya,tiada yang salah dengan hal itu aku pun merasa hal yang sama,tentang waktu yang berputar serasa sangat cepat.

Hampir semua orang mungkin merasa seperti itu,tapi bukankah segala sesuatu itu ada relativitasnya,hal yang sama bisa berbeda perspeksi dari tiap orang, tergantung dari sudut mana ia memandangnya.

Bagi orang yang mungkin sedang menunggu,waktu terasa sangat lambat.Seandainya bisa dipercepat,ia pasti minta agar dipercepat waktunya.

Sebenarnya hal ini bisa ditinjau atau dikaji dari sisi ilmiah ( saya menyebutnya begitu,karena sulit mencari padanan kata lain untuk hal yang mungkin bisa diterima akal sehat ).Ada hukum yang tidak pernah dipelajari di sekolah dulu yang saya baca dari sebuah buku,hukum Murhpy namanya,sebuah hukum yang menjelaskan sesuatu yang memang sulit dijelaskan oleh hukum-hukum lainnya.

Sebenarnya di dalam kehidupan ini ada 2 waktu yang berjalan pada diri manusia,yang pertama adalah waktu universal,waktu yang sama,yang hukumnya berlaku bagi seluruh dunia,misalnya 1 hari 24 jam,dll.dan yang kedua adalah waktu internal,yaitu waktu yang berjalan di dalam memori otak manusia,yang sangat dipengaruhi oleh keadaan-keaddaan tertentu.

Diantaranya adalah tentang keluhan orang-orang tua terhadap anak muda, yang cenderung tergesa-gesa dan tidak sabaran,begitupun sebaliknya,anak muda merasa orang tua berpikir terlalu lamban,padahal waktu yang dialami mereka adalah sama,tapi waktu internal keduanya berbeda.Pada orang tua waktu internal mereka lebih lamban berputar,sehingga ia menganggap hal yang berjalan seperti biasa,itu terkesan lebih cepat.
Contoh lainnya adalah ketika kita menunggu antrian toilet waktu 5 menit itu seperti terasa seperti 1 jam,atau sebaliknya ketika menonton film kesukaan waktu 1 jam itu terasa beberapa menit.

Ada suatu hormon yang mempengaruhi cara berpikir otak kita,kita mendengar sesuatu yang ingin kita dengar,dan melihat sesuatu yang ingin kita lihat.
Diantara keramaian suasana pasar misalanya,kita lebih cepat mendengar ketika ada penjual yang meneriakkan cabe merah,walaupun jaraknya cukup jauh.Pdahal ada puluhan bahkan ratusan pedagang yang meneriakkan dagangan lainnya,tapi seolah-olah kita tidak mendengarnya,padahal sebagai sebuah alat telinga kita berfungsi menangkap semua suara tanpa terkecuali,lalu mengapa yang kita dengar atau lebih cepat terdengar adalah suara pedagang yang menjual cabe merah.
Ya,karena yang kita ingin dengar dan beli adalah cabe merah,maka otak kita secara otomatis memfilter suara-suara lainnya,sehingga hanya cabe merahlah yang mendapat tiket jalan tol untuk diproses oleh otak kita.

Banyak lagi contoh lainnya,seperti lagu yang paling kita ingat adalah lagu yang paling kita benci,mengapa barang yang kita cari selalu menghilang ketika ingin dipakai,mengapa kita ingat wajahnya tapi lupa namanya.

Selanjutnya, hukum Murphy masuk ke daerah social. Penelitian bertahun-tahun menunjukkan betapa berbedanya manusia saat sendiri dan ketika berada dalam suatu komunitas.sebuah teori yang didasarkan pada apa yang disebut sebagai saraf-saraf cermin. Mereka adalah satuan dasar yang memicu tingkah laku manusia dalam suatu lingkungan social. Keberadaan saraf-saraf cermin ini membuat manusia cenderung mampu meniru apa yang ada di sekitarnya. Contoh gampangnya adalah tingkah kita yang mengernyit saat melihat orang lain sedang disuntik seakan-akan kita merasakan sakit orang tersebut. Implikasi saraf cermin tak hanya sampai disitu. Dari situlah muncul kecenderungan manusia untuk selalu mengikuti tren yang berlaku di masyarakat, betapa pun konyol atau tak masuk akalnya.

Seperti biasa juga obralan selalu ditutup dengan pertanyaan,yang jawabannya tak pernah usai,tapi sebenarnya jawaban atas kegelisahan tentang waktu itu sudah terangkum jelas dalam Al-Quran dalam Surat Al-Ashr:
1. وَالْعَصْرِ
Demi waktu,
إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ2.
. Sesungguhnya manusia dalam keadaan merugi.
3.إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
Kecuali orang-orang yang beriman dan berbuat kebaikan, dan saling menasihati untuk kebenaran, dan saling menasihati untuk kesabaran.

Berdasarkan kenyataan bahwa kita menjalani waktu, ternyata manusia selalu dalam keadaan rugi. Dan berdasarkan kenyataan hidupnya, ternyata sifat rendah manusia itu merugikan. Khusr berarti 'kerugian, pengurangan'. Manusia memiliki sifat bingung, ia berayun dari satu situasi ke situasi lainnya, dari satu ketidakpuasan ke ketidakpuasan lainnya, dari satu ilusi ke ilusi lainnya. Kehidupannya tidak memuaskan karena ia tidak bisa beristirahat, atau memperoleh kedamaian dan ketenangan di dalamnya. Itulah keadaan normal dari kehidupan dunia ini, dengan fluktuasi-fluktuasinya yang meletihkan manusia. Baru saja satu situasi terkendali, situasi kacau baru yang tidak memberi harapan terjadi.
Orang-orang ini dikecualikan karena mereka akan berusaha melebihi keadaan alamiahnya. Secara inheren, tidak ada yang salah apabila terjadi kemunduran pada kondisi manusia, sebagaimana digambarkan tadi. Karena, kemunduran itu mengikuti busur alamiah dari penciptaan. Kita harus ingat bahwa Allah mengatakan dalam sebuah hadis kudsi, 'Apa yang salah pada hamba-hamba-Ku? Mereka berdoa kepada-Ku, meminta kemudahan dan kesenangan di dunia ini, dan Aku tidak menciptakannya untuk itu!'

Begitu kita menyadari keadaan rugi ini maka kita dapat membebaskan diri dari situasi tersebut melalui ketaatan, tidak melalui serangan langsung terhadap kehidupan atau mencoba mengendalikan kehidupan. Hanya melalui ketaatan—bukan berarti melarikan diri dari masalah melainkan keyakinan bahwa yang ada di balik penciptaan benar-benar aman—akan diperoleh keuntungan yang mutlak. Jalan menuju kepercayaan itu adalah melalui keyakinan yang didasarkan pada ilmu (iman), dan amal saleh.
Kita tidak dapat mengubah sifat dunia, sebesar apa pun upaya kita.Tapi yang bisa kita rubah adalah diri kita.
Jadi mau lambat atau cepat waktu toh,sama aja, yang penting kita tidak termasuk orang-orang yang merugi.

"Mentari masih bertahta di atas sana
disekitarnya awan berarak-arakan
seperti hendak mengawalnya.
Udara mulai terasa hangat.
dan gelisah tadi pagi
hilang entah kemana."

( Palembang,15 Oktober 2009)

Pelangi Senja Untuk Istriku

Malam kian larut berselimut gulita
T’lah sekian lama tiada kekasih kucumbu
Demi Allah, bila bukan karena mengingat-Mu
Niscaya ranjang ini t’lah bergoyang
Namun duhai rabbi,
Rasa malu telah menghalangiku…

Hari demi hari berlalu tanpa kesan apa pun, semua dirasakan kosong, semua berlalu secepat petir yang singgah hanya dalam hujan sehari. Perasaan itu seakan berteriak kencang ‘aku butuh teman’….tapi tak seorang pun mampu mendengarnya, lalu dipejamkan matanya, berpikir…’aku dalam kesendirian’.Kungkungan sunyi dan kehampaan hati itu seakan bertanya, adakah seseorang yang mau berbagi. Berbagi dalam suka dan duka, tak peduli pagi, siang dan malam. Dia membutuhkan semua itu, merindukan saat-saat indah itu. Saat ketika rindu menyapa yang membawanya jauh dengan perasaan itu, hasrat itu.

Wanita itu termenung di balik jendela kamarnya. Tatapan matanya kosong. Sementara suasana malam terasa begitu mencekam: dingin dan sepi. Suami tercinta berada di negeri jauh melaksanakan tugas khalifah di medan jihad. Wanita itu nyaris frustrasi karena pertahanan diri mulai terganggu. Wanita shalihah yang tinggal di pinggiran madinah ini lebih suka sendirian dalam kamarnya. Ia seakan hilang dari kehidupan ramai. Apalagi sewaktu udara begitu dingin menusuk tulang. Berkawankan sepi dan dingin, namun dalam suasana demikian mampukah wanita itu melahirkan muraqabatullah.

Syair itu menggambarkan pergulatan batin yang luar biasa, dilantunkan seorang perempuan di zaman Umar bin Khatab. Waktu itu, Umar sedang berkeliling kota dalam kegelapan malam. Dalam perjalanan rutin itu, sampailah beliau ke dekat rumah seorang perempuan yang sedang menahan gejolak biologisnya karena ditinggal berjihad suaminya dalam waktu yang lama. Untuk sekedar menghibur diri sendiri dalam kesepian yang begitu sangat, terlantunkanlah syair itu yang kemudian didengar oleh Umar.
Keterpisahan dengan suami tercinta dalam waktu lama, kesepian, kegelapan malam melambangkan kesuraman yang melanda jiwanya. Kesulitan untuk tidur pada waktu itu mungkin merupakan pengalaman terburuk yang pernah dijumpainya. Penderitaan yang paling menyiksa bagi seseorang yang mengalami kesepian.

Orang yang terjaga dari tidurnya di tengah-tengah kesunyian malam, sangat mudah dipengaruhi oleh alam bawah sadarnya. Bayang-bayang mimpi yang mendatangkan perasaan cemas dan gelisah meninggalkan kesan yang mencekam perasaan. Cara apa pun yang katanya dapat menghapus perasaan was-was itu pada keesokan harinya tidak banyak bermanfaat. Bahkan, sekalipun kita tidak mengalami tekanan perasaan seberat yang dialami wanita tadi, ketakutan-ketakutan (trauma) yang terkubur dalam alam bawah sadar kita menyebabkan kita mudah diserang oleh perasaan cemas dan gelisah itu.

Manusia tanpa kesadaran muraqabatullah akan selalu dahaga, karenanya mereka sangat bernafsu untuk memburu segala sesuatu yang berhubungan dengan hasrat ini. Menyalurkan hasrat rendah ini dalam rel yang berseberangan dengan perintah Allah bukanlah meredakan gairah, tapi malah semakin memacu semangat mendapatkan kemaksiatan yang lain. Faktanya, usaha manusia untuk senantiasa berpacu dalam memenuhi segala hasratnya malah menimbulkan tegangan dan dorongan baru yang harus dikejar dan dipenuhi yaitu “keinginan”.

Keinginan adalah sesuatu yang paradoks: setelah suatu keinginan terpenuhi, timbul keinginan lain untuk segera diselesaikan dan dipenuhi hajatnya. Namun, dalam kerangka kehidupan modern, keinginan haruslah menjadi sesuatu yang tak berujung dan harus selalu diposisikan sebagai pesona yang dapat menyedot hasrat.

Subhanallah, ternyata penderitaan wanita itu tidak berakhir dalam kemaksiatan. Kesetiaannya masih tegak berdiri seperti gunung memaku bumi. Padahal badai hasrat itu begitu kuat seakan tsunami yang melantakkan apa saja. Namun ‘al khauf’ yang menghunjam jiwanya memenangkan Allah atas segalanya. Hatinya dikuasai Allah, kesadaran dzikrullahnya begitu teruji.

Inilah pangkal masalah terbesar yang kita hadapi saat ini yaitu jauh dari Allah, jarang mengingat Allah, dan “dikuasainya” hati kita oleh sesuatu selain Allah. Inilah masalah yang akan mendatangkan banyak masalah lainnya. Saat jauh dari Allah, maka kita akan leluasa berbuat maksiat. Tidak ada lagi rasa malu. Tidak ada lagi rasa diawasi oleh Allah, sehingga tidak ada lagi yang mengendalikan perilaku kita. Maksiat inilah yang kemudian melahirkan ketidaktenangan, kehinaan, dan kesengsaraan hidup.

Sejak temuan kasus ini, maka Umar bersegera menemui putrinya yang tercinta, Hafshah, kemudian bertanya, “Berapa lama seorang perempuan tahan menunggu suaminya ?“ Dijawablah oleh Hafshah, “empat bulan”. Setelah kejadian tersebut, Umar memerintahkan kepada para panglima perang untuk tidak membiarkan seorangpun dari tentaranya meninggalkan keluarganya lebih dari empat bulan. Begitulah kepedulian sekaligus solusi seorang pemimpin seperti Umar di zamannya.

Kemudian apa yang tengah terjadi dengan wanita kita sekarang, dengan isteri-isteri kita, dengan anak-anak kita bahkan dengan ibu-ibu kita. Kalau keterbatasan teknologi di zaman Umar saja nyaris menggelincirkan iman seorang wanita mukminah, bagaimana dengan kita sekarang? Zaman dimana teknologi telah menyatu dengan kehidupan manusia kalaupun belum bisa dikatakan diperbudak teknologi. Hampir tak ada wilayah privacy yang tidak tersentuh produk teknologi ini, bahkan ketika kita menghadap Allah pun ringtone HP masih menyertai. Industrialisasi yang kapitalistik telah menghantarkan wanita sebagai komoditas. Semangat konsumerisme dipompakan dengan begitu hebat. Pengertian konsumsi yang absurd ini dalam kehidupan modern menjadi arena sosial yang menyedot dan menarik minat energi pelampiasan.

Ia menjelma menjadi medan kesadaran yang harus segera dipenuhi dan dipuaskan kebutuhannya. Identitas diri di hadapan lingkungan sosial yang demikian diperebutkan dan dibentuk oleh produk-produk rayuan melalui citra-citra tertentu yang ditawarkan lewat berbagai media massa: Supaya Anda kelihatan jantan dan macho Anda harus mengisap rokok tertentu. Supaya perempuan kelihatan cantik, pergunakanlah kosmetik merek tertentu. Agar Anda dikategorikan sebagai manusia yang tidak ketinggalan zaman, milikilah atribut artis yang lagi ngetop!

Logikanya adalah jika segala hawa nafsu disalurkan demi pemenuhan kenikmatan, ia dapat menjadi semacam dinamo yang pengoperasiannya bisa dilakukan menjadi tanpa batas sehingga akhirnya ia menjelma menjadi sesuatu yang tidak realistis dan membahayakan eksistensi manusia itu sendiri. Oleh karena itu, sangatlah wajar jika para ‘ulama yang shalih, misalnya, memandang manusia seperti ini sebagai manusia yang dibutakan matanya yang hanya tertarik pada kulit ketimbang terpesona untuk mencari dan menemukan isi.

“Apakah engkau tidak perhatikan orang yang telah menjadikan hawa nafsu sebagai tuhannya. Apakah engkau akan dapat menjadi pelindungnya. Atau apakah engkau mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memehami? Mereka itu hanyalah seperti binatang ternak bahkan lebih sesat lagi.” Qs. Al Furqan: 43-44)

Dapat dimengerti jika logika hawa nafsu sanggup memalingkan dan menyamarkan setiap upaya pencarian manusia terhadap nilai-nilai luhur sebab logika hawa nafsu yang mewabah akibat bekerjanya spirit kapitalisme diproduksi oleh apa yang mereka sebut sebagai “mesin hawa nafsu”–sebuah peristilahan psikoanalisis yang mereka gunakan untuk menjelaskan mekanisme produksi “ketidakcukupan” dalam diri seseorang. Keinginan untuk “memiliki” bukan disebabkan “ketidakcukupan alamiah” yang ada dalam diri kita, melainkan hanya untuk memenuhi pencarian identitas yang tidak henti-hentinya. Oleh karena itu, identitas manusia hari ini adalah identitas yang dibangun oleh proses konsumsi dan proses komoditi dari citraan dan rayuan-rayuan media massa.

Iklan-iklan di televisi misalnya, ia beroperasi lewat pengosongan tanda-tanda dari pesan dan maknanya secara utuh sehingga yang tersisa adalah penampakan semata. Sebuah wajah merayu yang penuh atribut dan make-up adalah wajah yang kosong tanpa makna sebab penampakan artifisial dan kepalsuannya menyembunyikan kebenaran diri. Apa yang ditampilkan dari kepalsuan dan kesemuan tersebut menjadi sebuah rayuan bagi para pemirsa. Hingga yang muncul dari sebuah rayuan, bukanlah sampainya pesan dan makna-makna, melainkan munculnya keterpesonaan, ketergiuran, dan gelora hawa nafsu: gelora seksual, gelora belanja, gelora berkuasa.

Sehingga tidak sedikit kita lihat, banyak wanita yang terjebak dengan anggapan bahwa keelokan fisik adalah segala-galanya. Mereka menganggap bahwa kemuliaan dan kebahagiaan akan didapat bila berwajah cantik, kulit yang putih, dan tubuh yang ramping. Maka tidak aneh kalau banyak ditemukan wanita yang mati-matian memperputih kulitnya, mengoperasi plastik bagian tubuhnya, menghambur-hamburkan berjuta-juta uang demi mengejar prestise.

Sementara bagi yang tidak mampu, mereka menjadi rendah diri dan merasa tereliminasi dari pergaulan. Padahal, kecantikan dan kemolekan tubuh tidak dapat dijadikan tolok ukur kemuliaan. Lebih jauh lagi, semua itu tidak bisa menjamin seseorang akan bahagia. Sesungguhnya kemuliaan yang diraih seorang wanita salehah adalah karena kemampuannya untuk menjaga martabatnya (‘iffah) dengan hijab serta iman dan takwa.

Ibarat sebuah bangunan, ia akan berdiri lama jika mempunyai pondasi yang kokoh. Andaikan pondasi sebuah bangunan itu tidak kokoh, maka seindah dan semegah apapun, pasti akan cepat runtuh. Begitu juga dengan iffah yang dimiliki oleh seorang wanita, dengan iman dan takwa merupakan pondasi dasar untuk meraih kemulian-kemulian lain.

Dengan iffah, seorang muslimah akan selalu menjaga akhlaknya. Salah satu ciri bahwa imannya kuat adalah kemampuannya memelihara rasa malu. Sebagaimana terukir dalam hadis Nabi Saw. : ”Malu dan iman itu saling bergandengan, jika hilang salah satunya, maka hilanglah bagian yang lain.” (HR. Hakim dan At-Thabari).

Adanya rasa malu, membuat segala tutur kata dan tindak tanduknya selalu terkontrol. Ia tidak akan melakukan sesuatu yang menyimpang dari bimbingan Al-Quran dan Sunnah. Sehingga dengan akhlak yang dimiliki, ia lebih harum daripada kesturi.

Dengan iffah, seorang muslimah akan sadar betul bagaimana cara bersikap dan bertutur kata. Tidak ada dalam sejarah, seorang wanita salehah centil, suka jingkrak-jingkrak dan menjerit-jerit saat mendapatkan kesenangan. Ia akan sangat menjaga setiap tutur katanya agar bernilai bagaikan untaian mutu manikam yang penuh makna bermutu tinggi.

Tengoklah figur-figur mulia yang mendapatkan tempat terhormat di tengah-tengah umat hingga kini. Khadijah ra. misalnya, namanya terus berkibar sampai sekarang, bahkan setiap anak wanita dianjurkan untuk meneladaninya.

Terkenalnya seorang Khadijah bukan karena kecantikan wajahnya, namun karena pengorbanannya yang demikian fenomenal dalam mendukung perjuangan dakwah Rasulullah Saw. Begitu pun Aisyah ra., salah seorang istri Nabi dan juga seorang cendikiawan muda. Darinya para sahabat mendapat banyak ilmu. Ada pula Asma binti Yazid, seorang mujahidah yang membinasakan sembilan tentara Romawi di perang Yarmuk, hanya dengan sebilah tiang kemah. Masih banyak wanita mulia yang berkarya untuk umat pada masa-masa berikutnya. Keharuman dan keabadian nama mereka disebabkan oleh kemampuan mengembangkan kualitas diri, menjaga iffah (martabat), dan memelihara diri dari kemaksiatan. Sinar kemuliaan mereka muncul dari dalam diri, bukan fisik. Sinar inilah yang lebih abadi.

"angin dingin pelan menyapu kotaku
diantara deru mesin dan debu yang terus beterbangan
beberapa diantaranya hinggap di sebuah pucuk pohon
beberapa saat,ia diam di sana
membungkus helaian daun
dan menyelimuti rerantingan
kemudian,ia mengembara lagi
berjalan menyusuri gedung - gedung perkantoran
lalu singgah di ruanganku
akhirnya ia bersemayam di dalam
tubuhku"

( Palembang,15 Oktober 2009)

Wednesday, September 9, 2009

Mentari,awan,dan Bulan sabit

Bercerita tentang hal-hal yang baru ,mungkin menjadi suatu kesenangan tersendiri bagi sebagian orang.Banyak hal yang sejatinya merupakan sesuatu yang baru,bahkan terkesan asing bagi kita,namun hal itu telah di alami oleh orang lain,itulah kehidupan selalu ada yang di depan,sebagian lainnya jauh tertinggal di belakang.

Namun bagiku kadang kenangan jauh lebih berkesan daripada sesuatu yang hebat tapi belum pernah ku alami.kenangan yang terindah adalah kenangan masa kecilku bersama adikku.
Waktu memang terlampau dahsyat untuk di lawan,mengikuti iramanya saja,terkadang kita terseok-seok,bahakn tak jarang terpatah,dan terhenti.

Banyak hal yang seandainya bisa terulang,pasti ingin ku ulang.

Ketika kecil aku belum paham betul apa arti persaudaraan,yang aku tahu ada seorang anak kecil yang mempunya ibu dan bapak yang sama denganku,punya rumah yang sama,kamar tidur dan kamar mandi yang sama pula.

Hari- hari selalu kami lewati bersama dengan teman lainnya,temanku adalah temannya juga dan permainanku adalah permainannya juga.Terkadang timbul rasa iri,marah,senang,gembira,tapi tak pernah dendam.Hati anak kecil mungkin terlalu polos untuk sekedar mendendam.

seiring berjalannya waktu,aku mulai paham sedikit-demi sedikit apa itu arti persaudaraan,bukan sekedar bergembira,atau bermain bersama,tapi ada kerelaan untuk memberi,berkorban,dan memikul beban.

Sebagai seorang kakak akulah yang sepatutnya menjadi contoh yang baik baginya,akulah yang seharusnya menjadi pembela terdepan ketika ia sedang bermasalah,akulah yang seharusnya mengambil beban berat di punggungnya dan memindahkannya di punggungku.

Sakitnya adalah sakitku dan rindunya adalah rinduku juga.tapi ia terlalu polos untuk sekedar bercerita kepadaku tentang hari-harinya,ia terlalu takut membagi rasa sakitnya,gelisahnya,dan tangisnya.



"Aku ingin mengunjungimu sepi,
sementara tangisku adalah realita hidup itu sendiri,
aku ingin agar engkau mendekapku sepi,
sebab aku sudah tak punya nyali,
tuk sekedar bersembunyi di balik hari

bukankah mentari yang membakar ubun kita
adalah mentari yang sama saat
tapak tapak kosong kita berbekas beling dan duri
bukankah awan yang mengarak kita pergi
adalah awan yang sama
dengan itu kita belajar menikmati perih di kaki

bukankah bulan sabit di atas sana
adalah bulan yang sama
ketika kita terlalu lelah melawan segala takdir ini.

aku ingin mengunjungimu lagi sepi
sebab darah yang mengalir di urat nadi mu
darah itu juga yang mengalir dan membakar
air mata dan lelahku.

(untuk kedua adikku yang dengan mengingat mereka,tak pernah kurasakan beban dalam kehidupan ini )

Tuesday, June 16, 2009

Akukah Mataharimu ?

Saya sangat suka dengan artikel salah seorang senior saya,yang memang beliau adalah seorang penulis,artikel lepas yang ia tulus terangkum dalam sebuah judul "Engkaulah matahariku".
Artikel yang ringan,namun sarat akan makna dan esensi kehidupan,awalnya saya bingung siapkah yang beliau maksud dengan mataharinya,ternyata matahari yang beliau ceritakan adalah istrinya yang tercinta.

Beragam makna yang saya dapatkan,lalu saya bertanya pada diri sendiri,apakah matahari juga akan hadir dalam kehidupanku nanti.
akankah matahari itu juga akan berkata kepada hujan dalam kehidupanku tentang makna cinta yang sesungguhnya.Entahlah,toh tanpa matahari,takkan mungkin terbias warna-warna keindahan bulir-bulir air hujan yang menjadi pelangi.


lalu pagi ini tanpa sengaja,saya temukan,sebuah artikel lepas,tanpa pengarang dari dokumen di komputer teman,sebuah artikel yang menyadarkan saya bahwa,lelakilah yang seharusnya benar-benar menjadi matahari.Matahari yang penuh dengan kasih,pengorbanan,dan kesetian.


Seorang wanita bertanya pada seorang pria tentang cinta dan harapan.


Wanita berkata ingin menjadi bunga terindah di dunia
Dan pria berkata ingin menjadi matahari.
Wanita tidak mengerti kenapa pria ingin jadi matahari,
bukan kupu kupu atau kumbang yang bisa terus menemani bunga...

Wanita berkata ingin menjadi rembulan
dan pria berkata ingin tetap menjadi matahari.
Wanita semakin bingung karena matahari dan bulan tidak bisa bertemu,
tetapi pria ingin tetap jadi matahari....

Wanita berkata ingin menjadi Phoenix...
yang bisa terbang ke langit jauh di atas matahari,
dan pria berkata ia akan selalu menjadi matahari....

Wanita tersenyum pahit dan kecewa.
Wanita sudah berubah tiga kali...
namun pria tetap keras kepala ingin jadi matahari,
tanpa mau ikut berubah bersama wanita.
Maka wanita pun pergi dan tak pernah lagi kembali
tanpa pernah tahu alasan kenapa pria tetap menjadi matahari....

Pria merenung sendiri dan menatap matahari.
Saat wanita jadi bunga, pria ingin menjadi matahari
agar bunga dapat terus hidup.
Matahari akan memberikan semua sinarnya untuk bunga
agar ia tumbuh, berkembang...
dan terus hidup sebagai bunga yang cantik.
Walau matahari tahu ia hanya dapat memandang dari jauh
dan pada akhirnya kupu kupu yang akan menari bersama bunga.
Ini disebut Kasih..... yaitu memberi tanpa pamrih.

Saat wanita jadi bulan,
pria tetap menjadi matahari.....
agar bulan dapat terus bersinar indah dan dikagumi.
Cahaya bulan yang indah hanyalah pantulan cahaya matahari,
tetapi saat semua makhluk mengagumi bulan,
siapakah yang ingat kepada matahari?
Matahari rela memberikan cahayanya untuk bulan
walaupun ia sendiri tidak bisa menikmati cahaya bulan...
dilupakan jasanya dan kehilangan kemuliaannya
sebagai pemberi cahaya
agar bulan mendapatkan kemuliaan tersebut....
Ini disebut dengan Pengorbanan...
menyakitkan namun sangat layak untuk cinta.

Saat wanita jadi phoenix yang dapat terbang tinggi,
jauh ke langit bahkan di atas matahari...
Pria tetap selalu jadi matahari
agar phoenix bebas untuk pergi kapan pun ia mau
dan matahari tidak akan mencegahnya.
Matahari rela melepaskan phoenix untuk pergi jauh,
namun matahari akan selalu menyimpan
cinta yang membara di dalam hatinya hanya untuk phoenix.
Matahari selalu ada untuk phoenix kapan pun ia mau kembali
walau phoenix tidak selalu ada untuk matahari.
Tidak akan ada makhluk lain selain phoenix
yang bisa masuk ke dalam matahari dan mendapatkan cintanya.....
Ini disebut dengan Kesetiaan.....
walaupun ditinggal pergi dan dikhianati,
namun tetap menanti dan mau memaafkan.

Untuk para wanita.....
Siapakah Matahari yang ada di dalam kehidupanmu??
Bila engkau sudah menemukan dan melihat Matahari dalam
kehidupanmu...pergi,lihat dan jangan pernah meninggalkannya