Wednesday, September 9, 2009

Mentari,awan,dan Bulan sabit

Bercerita tentang hal-hal yang baru ,mungkin menjadi suatu kesenangan tersendiri bagi sebagian orang.Banyak hal yang sejatinya merupakan sesuatu yang baru,bahkan terkesan asing bagi kita,namun hal itu telah di alami oleh orang lain,itulah kehidupan selalu ada yang di depan,sebagian lainnya jauh tertinggal di belakang.

Namun bagiku kadang kenangan jauh lebih berkesan daripada sesuatu yang hebat tapi belum pernah ku alami.kenangan yang terindah adalah kenangan masa kecilku bersama adikku.
Waktu memang terlampau dahsyat untuk di lawan,mengikuti iramanya saja,terkadang kita terseok-seok,bahakn tak jarang terpatah,dan terhenti.

Banyak hal yang seandainya bisa terulang,pasti ingin ku ulang.

Ketika kecil aku belum paham betul apa arti persaudaraan,yang aku tahu ada seorang anak kecil yang mempunya ibu dan bapak yang sama denganku,punya rumah yang sama,kamar tidur dan kamar mandi yang sama pula.

Hari- hari selalu kami lewati bersama dengan teman lainnya,temanku adalah temannya juga dan permainanku adalah permainannya juga.Terkadang timbul rasa iri,marah,senang,gembira,tapi tak pernah dendam.Hati anak kecil mungkin terlalu polos untuk sekedar mendendam.

seiring berjalannya waktu,aku mulai paham sedikit-demi sedikit apa itu arti persaudaraan,bukan sekedar bergembira,atau bermain bersama,tapi ada kerelaan untuk memberi,berkorban,dan memikul beban.

Sebagai seorang kakak akulah yang sepatutnya menjadi contoh yang baik baginya,akulah yang seharusnya menjadi pembela terdepan ketika ia sedang bermasalah,akulah yang seharusnya mengambil beban berat di punggungnya dan memindahkannya di punggungku.

Sakitnya adalah sakitku dan rindunya adalah rinduku juga.tapi ia terlalu polos untuk sekedar bercerita kepadaku tentang hari-harinya,ia terlalu takut membagi rasa sakitnya,gelisahnya,dan tangisnya.



"Aku ingin mengunjungimu sepi,
sementara tangisku adalah realita hidup itu sendiri,
aku ingin agar engkau mendekapku sepi,
sebab aku sudah tak punya nyali,
tuk sekedar bersembunyi di balik hari

bukankah mentari yang membakar ubun kita
adalah mentari yang sama saat
tapak tapak kosong kita berbekas beling dan duri
bukankah awan yang mengarak kita pergi
adalah awan yang sama
dengan itu kita belajar menikmati perih di kaki

bukankah bulan sabit di atas sana
adalah bulan yang sama
ketika kita terlalu lelah melawan segala takdir ini.

aku ingin mengunjungimu lagi sepi
sebab darah yang mengalir di urat nadi mu
darah itu juga yang mengalir dan membakar
air mata dan lelahku.

(untuk kedua adikku yang dengan mengingat mereka,tak pernah kurasakan beban dalam kehidupan ini )

No comments: