Monday, March 2, 2009

Antara Aku,Bunga,dan Sekayu

Pagi senantiasa menyajikan menu yang sama,
angin manja yang baru pulang dari pengembaraan,
getaran kecil dedaunan di ranting pohon di tepi jalan,
yang hingga kini tak penah kutahu namanya,
rasa dingin sisa tadi malam cukup membuatku ragu untuk menyusuri jalanan panjang di kotaku.
Dan beginilah setiap hari kehidupan kumulai.

Sekayu, kota kecil yang dengungnya kudengar sangat mengagumkan,saat SK penempatanku keluar,
dan kusebut kata"Sekayu",selalu terdengar kata yang baik,"wuih, bagus itu,kotanya maju,"
Disana sekolah gratis,ada juga yg berusaha untuk objektif,
"kalau ke Jambi, lebih dekat mana, sekayu atau palembang, maka dengan pengetahuan seadanya aku jawab, sekayu.
Secara teori memang lebih dekat, hanya dibutuhkan waktu 4 jam ke jambi, tapi dalam prakteknya ternyata waktu yg kutempuh sama
dengan palembang, dari sini aku harus ke betung, lalu baru bisa ke jambi, dan itu dibutuhkan waktu sekitar 8 jam,dan waktu 4 jam
itu bisa diperoleh dengan kendaraan pribadi,melewati jalan lintas, yg tidak dilewati angkutan umum, dan aku yang selalu berandai-
andai, andaikan aku punya mobil pribadi,setiap minggu aku akan pulang.

Namun setelah setahun di kota ini, tak ada suatu keistimewaan seperti yg terdengar dimana-mana,bagiku kota sekayu
hanyalah kota kecil yang sekelingnya dipagari sawah tadah hujan,di pusat kotanya berdiri gedung pemerintahan dengan sangat megah, namun di tepi kotanya runah-rumah terapung
dengan penduduk yg nasibnya tergantung dari sungai utama di sini, yaitu sungai Musi.Pendidikan memang gratis, tapi tidak segampang itu,ada banyak pemuda yang berjuang keras untuk kuliah
Dengan kekayaan yang sebetulnya sangat melimpah, seharusnya tidak ada lagi masyarakat disini yang harus mengubur angannya.Kemarin ketika mengisi Liqaat, salah seorang binaan bertanya, kak, apakah salah kalau saya bercita-cita ingin menjadi sarjana, untuk membahagiakan orang tua saya?"
Aku tertegun mendengar pertanyaannya, bukan pada letak jawabannya, tapi lebih pada harapan yang ia gantungkan,sebab di sebelahnya,peserta liqaat jg adalah seorang pemuda lulusan SMA yang benar-benar ingin melanjutkan kuliah tapi tak punya biaya, kini ia mengisi hari-harinya dengan bekerja di pasar, mereka semua adalah pemuda yang cerdas, shalih, dan berbakti, dan aku semakin menggeram ketika tahu bahwa potensi pajak kabupaten ini adalah yg terbesar kedua setelah palembang, dan itu menunjukkan betapa sangat mampunya kabupaten ini mewujudkan cita-cita masyarakatnya.
Bukan sekali ini aku mendengar kisah seperti ini, temanku harus bekerja keras berkeliling mencari penumpang dari pagi sampe sore, seluruh kota disusurinya,demi untuk membiayai kuliahnya.

Angin manja kembali mengembara
dedaunan getarannya semakin terasa
dihembus deru kendaraan yang serba tergesa
Dan kotaku,kembali berbenah
setelah pekat yang menyelimutinya,
ia akan lirih berkata:
bantulah aku melewati hari ini
Dan bunga kecil di depan tempat tinggalku selalu merana
yang kudapat hanya debu dan sisa gerimis
maka berikanlah aku cinta
lewat seteguk air yang kau siram dengan harapan
karena aku senantiasa bertasbih
menyebut nama-Nya.

No comments: