Saturday, March 28, 2009

Lelaki Yang Menyunting mawar

Bunga itu telah Kau tawarkan saat azan bergema
di telingaku dalam dekap hangat bintang-bintang sukma
"bermainlah dengan riang Nak,dalam baju putihmu kata
mereka membelaiku dalam syahadatnya"


Saat tapak mulai bisa kujejak, azan tersaput bergumpal awan
kelam,suram,hitam dan sayup-sayup kedengaran
telingaku,mulutku,tanganku,otakku berhenti
berdetak sesudah berjuta pertanyaan hanya kujawab
dengan batu hitam yang kulemparkan keseluruh sel-sel tubuhku
titik puisiku, setelah melewati berjuta peribahasa
yang tak bermakna dalam kesepian
"Kau matirasa Nak, kau pucat dalam bajumu yang berwarna gelap"



Mimpi! mimpilah aku! berteriak pada langit
"Tak perlu Nak, kau tak perlu tidur dalam harapmu"
"tapi aku mati rasa, aku harus menyunting bunga !"
"Mawar dan baju putihmu Nak"
"mimpi! mimpilah aku! dimana?"


Kemudian wajah sukma lirih menyapa
Bermil-mil kuhitung jalan raya
Berdesir angin ku sapa
berlembah pohon rebah sudah
Dan saat senyap hiasi kecipak sungai pada bebatuannya
azan itu menghantarku menyunting mawar-Mu saja.

4 comments:

Poetri said...

saya suka 1 bait terakhir ini :

"Kemudian wajah sukma lirih menyapa
Bermil-mil kuhitung jalan raya
Berdesir angin ku sapa
berlembah pohon rebah sudah
Dan saat senyap hiasi kecipak sungai pada bebatuannya
azan itu menghantarku menyunting mawar-Mu saja."

Rainsay said...

"terima kasih atas komentarnya,hanya lelaki istimewlah yang bisa menyunting mawar yang istimewa."

Anonymous said...

Hidup sastra indonesia

Hanafi said...

Saat tapak mulai bisa kujejak, azan tersaput bergumpal awan
kelam,suram,hitam dan sayup-sayup kedengaran
telingaku,mulutku,tanganku,otakku berhenti
berdetak sesudah berjuta pertanyaan hanya kujawab
dengan batu hitam yang kulemparkan keseluruh sel-sel tubuhku
titik puisiku, setelah melewati berjuta peribahasa
yang tak bermakna dalam kesepian
"Kau matirasa Nak, kau pucat dalam bajumu yang berwarna gelap"

lirik yang ini yang aku alamin sksrg...